Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Perhubungan Kota Bandung bersama Koperasi Angkutan Masyarakat (Kopamas) Kota Bandung, Koperasi Jasa Angkutan Bandung Tertib (Kobanter) Jabar, dan Koperasi Bina Usaha Transportasi (Kobutri) Jabar melakukan ujicoba angkutan feeder Trans Metro Bandung trayek ST Hall-Gunung Batu, Selasa (8/2/2022) di ST Hall, Kota Bandung.
Kepala Dishub Kota Bandung, Ricky Gustiadi menyampaikan bahwa feeder trayek ST Hall-Gunung Batu menjadi cikal bakal pengembangan angkutan feeder di Kota Bandung yang beberapa trayek dikelola oleh Kopamas Kota Bandung, Kobanter Jabar, dan Kobutri Jabar.
"Nanti akan ada lagi penambahan trayek setelah ini berhasil baik dari Kopamas, Kobanter, atau Kobutri sehingga angkutan feeder bisa terwujud di Bandung, seperti yang ada di Semarang maupun Jakarta dan konsep integrasi antarmoda transportasi bisa terlaksana," katanya.
Angkutan feeder (pengumpan) merupakan angkutan yang bertugas mengumpulkan penumpang untuk disalurkan khusus ke angkutan trayek tertentu.
Ricky menyebut bahwa nantinya trayek utama di Bandung bakal diisi oleh bus rapid transit (BRT), cabangnya feeder, dan rantingnya oleh rerouting angkutan kota.
"Mudah-mudahan semuanya bisa padu dan terintegrasi, serta kompak dengan baik oleh tiga koperasi tadi yang saling mendukung dan bersinergi bersama pemerintah khususnya Dishub Kota Bandung," ujarnya.
Saat ini angkutan feeder trayek ST Hall-Gunung Batu, lanjutnya masih menggunakan bus.
Tetapi, nantinya akan berganti dengan ukuran yang lebih ideal, seperti yang ada di Semarang atau Jakarta berjenis elf.
"Selama dua minggu ini diujicobakan. Sekarang masih berjumlah dua bus trayek ST Hall-Gunung Batu. Jika berhasil ujicobanya maka kami akan resmikan secara formal dengan anggarannya," ucap Ricky.
Dengan adanya feeder ini, dia berharap masyarakat dapat terlayani dengan baik sehingga penyebaran pelayanan angkutan umum dapat menyebar dan distribusinya merata yang berdampak pada kemudahan merata pula.
Untuk tarifnya, kata Ricky, senilai Rp 4.000 untuk umum, dan Rp 2.000 untuk pelajar.
Kesempatan yang sama, Ketua Kopamas Kota Bandung, Budi Kurnia berharap dengan ujicoba ini dapat membawa perubahan yang signifikan di dunia transportasi. Sebab, Budi melihat selama ini angkutan kota terjadi kolaps.
"Dari SK wali kota ada 5.521 angkutan kota yang eksisting sekitar setengahnya, karena kami pun dari 212 unit yang diizinkan beroperasi hari ini hanya 120 unit. Itu jelas berkurang signifikan, maka kami berinisiatif meminta ke BLUD angkutan untuk bisa mengisi kekurangan slot itu, maka dibuatlah feeder," ujarnya.
Ketik ditanya alasan mengusulkan trayek ST Hall-Gunung Batu, Budi menyebut karena dari jumlah 51 unit angkot dari SK wali kota, kini hanya tersisa 10 unit angkot. Sehingga, kondisi itu sangat tak terlayani masyarakat.
"Alasan lainnya juga berangkat dari motivasi pribadi, ibu saya sering ke Pasar Baru dan menunggu angkot itu sampai setengah jam. Sedangkan naik online orangtua jarang sekali. Lalu, demand trayek itu masih ada dan suplai jauh berkurang. Semoga dengan kerja sama ini bisa membawa dampak baik bukan saja bagi kami tapi dunia transportasi di Bandung," katanya. (*)